Selasa, 25 Desember 2012

Sociopreneur, Pengusaha Berjiwa Sosial

Sociopreneur atau social enterpreneur kini menjadi salah satu usaha yang menjadi pilihan  beberapa orang. Walaupun belum banyak yang mengetahui apa sebenarnya sociopreneur itu, namun sesungguhnya sudah banyak orang yang melakukannya, terutama bagi orang-orang yang aktif didunia maya seperti blogger.

Seperti yang dituturkan oleh Kartika Djoemadi (@KartikaDjoemadi) yang membawakan materi ini saat mengisi acara @AkberBogor (Akademi Berbagi Bogor) bahwa Sociopreneur adalah pengusaha yang menjalankan usahanya tidak semata-mata hanya memikirkan keuntungan pribadi saja, tetapi juga memikirkan untuk membangun dan mengembangkan komunitasnya agar lebih berdaya. Kalau istilah Faisal Basri, berdaya bareng-bareng.

Lalu apa bedanya dengan CSR – Corporate Social Responsibility? CSR adalah bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap komunitasnya dimana perusahaan itu beroperasi. Biasanya perusahaan membuat program “charity”, seperti pemberian beasiswa, pengobatan gratis atau penghijauan. Ibaratnya CSR hanya memberikan “ikan” untuk sementara, jika lapar harus diberi lagi. Ini yang membedakan dengan sociopreneur yang akan memberikan “kail” kepada komunitasnya. 

Pertanyaannya : Bagaimana agar bisa menjadi seorang sociopreneur?

Dee, panggilan akrab dari Kartika Djoemadi memberikan beberapa syarat, pertama : harus mempunyai itikad untuk menjadi pengusaha dengan dasar fundamental sosial. kedua : menjadi jembatan yang bermanfaat dan berfungsi sebagai agen perubahan yang mampu mengembangkan ide-ide otentik dalam mengatasi keterbatasan sosial yang berada di komunitas kita dan yang ketiga adalah mendistribusikan ide-ide membangun usaha agar komunitas ikut sejahtera juga seperti kita.

Nah jika ketiga syarat diatas sudah terpenuhi kita tinggal menjalankannya. Apakah bisa menjalankan sociopreneur tanpa modal? jawabannya BISA!

Caranya? Gunakan modal sosial (social capital).

Social capital adalah kemampuan dasar (core competence) yang dimiliki setiap individu seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan berjejaring sosial, kemampuan menulis, kemampuan menggunakan kamera, kemampuan menggunakan media sosial, dll.

Semua itu bisa menjadi modal sociopreneur. Mungkin selama ini kita tidak menyadari memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan diatas adalah kemampuan dasar yang mudah dipelajari dan tidak sulit. 

Dee memberikan beberapa kiat agar menjadi seorang sociopreneur yang sukses, antara lain : berfikir positif dan bijak bahwa setiap usaha tidak harus mendapatkan keuntungan yang besar, kreatif dan konsisten dengan ide-ide dasar yang konsisten, Jangan lupa untuk selalu membagi ide tersebut dengan komunitas yang membutuhkan.Sabar dan pantang menyerah jika ada kendala, anggap saja sebuah pembelajaran penting yang berharga. Satu lagi harus rajin mengikuti kompetisi sociopreneur yang sering diadakan baik tingkat nasional maupun internasional. Universitas Indonesia dan ITB sudah kontinyu melakukan kompetisi tersebut.


Siapa saja tokoh yang sukses dengan dengan menjalankan bisnis sociopreneur ini? 


BILL GATES. dia menjalankan bisnis ini dengan mengembangkan Microsoft Inc dengan sistem sosial. Ia biarkan software yang dimilikinya dibajak agar lebih banyak orang menggunakannya. Toh dengan mudah ia melakukan uppgrade untuk sistem operasi berikutnya. Jika saat ini kita sedang menjalankan MS Windows 7 bajakan, tidak lama lagi dia akan meluncurkan seri ke 8.



Untuk skala nasional kita tentu sudah sering mendengar SANDIAGA SALAHUDIN UNO. ya anak muda ini sudah menjalankan beberapa perusahaan yang berbasis sociopreneur. Silahkan cari sendiri bidang apa yang digelutinya.

Kisah-Kisah Nyata Pengusaha Sukses yang Difilmkan



Anda senang berwirausaha atau sedang bermimpi menjadi seorang pengusaha sukses. Maka seperti kata para pengusaha sukses, harus berani mengambil resiko. Orang-orang sukses adalah orang yang tak kenal lelah mengejar mimpinya. Kisah perjuangan pengusaha sukses dapat anda jadikan contoh dan semangat bagaimana Anda membangun bisnis Anda.

Setidaknya nama-nama berikut ini adalah para pengusaha sukses dunia yang kisah perjuangan membangun bisnisnya telah dijadikan sebuah film.
1.Steve Job (Apple)
2.Bill Gates (Microsoft)
3.Mark Zuckerberg (Facebook)
4.Top Ittipat (Milyader Muda Thailand)
Kisah perjuangan membangun usaha yang dilakukan Steve Job dan Bill Gates dikisahkan dalam film yang berjudul “Pirates of Silicon Valley“.

Kisah Mark Zuckerberg membuat facebook dikisahkan dalam film yang berjudul “The Social Network“.
Sedangkan si milyader muda dari Thailand, Top Ittipat, kisah perjuangannya membangun bisnis dikisahkan dalam film “Top Secret

Menurut penilaian kami dari ketiga film tersebut, “TOP SECRET” adalah film yang paling baik kisahnya, karena mungkin dia orang timur sehingga dalam berbisnis tidak menghalalkan segala cara.

7 Waste yang harus dihindari dalam Produksi



Waste atau sering disebut dengan Muda  dalam bahasa Jepang merupakan sebuah kegiatan yang menyerap atau memboroskan sumber daya seperti pengeluaran biaya ataupun waktu tambahan tetapi tidak menambahkan nilai apapun dalam kegiatan tersebut. Menghilang Waste (Muda) merupakan prinsip dasar dalam Lean Manufacturing.  Konsep Penghilangan Waste (Muda) ini harus diajarkan ke setiap Anggota organisasi sehingga Efektifitas dan Efisiensi kerja dapat ditingkatkan.
7 Waste / 7 Muda / 7 Pemborosan pertama kali diperkenalkan oleh Taiichi Ono yang bekerja di TOYOTA Jepang dalam Sistem Produksi Toyota atau TOYOTA PRODUCTION SYSTEM.


Terdapat 2 jenis waste (Muda) yang mendasar yang harus dipertimbangkan dalam melakukan analisis penghilangan Waste (Muda) diantaranya  Jenis Obvious (Jelas) dan Jenis Hidden (tersembunyi).
Jenis Waste yang bersifat Obvious (Jelas) adalah sesuatu yang mudah di kenali dan dapat dihilangkan dengan segera dengan biaya yang kecil ataupun tanpa biaya sama sekali. Contohnya :
Sedangkan Jenis Waste yang bersifat Hidden (tersembunyi) adalah Waste yang hanya dapat dihilangkan dengan Metode kerja terbaru, bantuan Teknologi  ataupun Kebijakan baru.
Terdapat 7 Macam Kategori Waste yang sering terjadi dalam industri Manufacturing, diantaranya :

1.      Waste of Overproduction (Produksi yang berlebihan)

Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang berbentuk Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah Jadi) tetapi tidak ada order / pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan adanya Overproduction (kelebihan Produksi) antara lain Waktu Setup Mesin yang lama, Kualitas yang rendah,  atau pemikiran “Just in case” ada yang memerlukannya.

2.      Waste of Inventory (Inventori)

Waste atau pemborosan yang terjadi karena Inventory adalah Akumulasi dari Finished Goods (Barang Jadi), WIP (Barang Setengah Jadi) dan Bahan Mentah yang berlebihan di semua tahap produksi sehingga memerlukan tempat penyimpanan, Modal yang besar, orang yang mengawasinya dan pekerjaan dokumentasi (Paparwork).

3.      Waste of Defects (Cacat / Kerusakan)

Waste atau Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya kerusakkan (defect) sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan biaya tambahan yang berupa biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan dalam perbaikan dan biaya-biaya lainnya.

4.      Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)

Waste atau Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi yang buruk, peng-organisasian tempat kerja yang kurang baik sehingga memerlukan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Contohnya Letak Gudang yang jauh dari Produksi.

5.      Waste of Motion (Gerakan)

Waste atau Pemborosan yang terjadi karena Gerakan –gerakan Pekerja maupun Mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Contohnya peletakan komponen yang jauh dari jangkauan operator, sehingga memerlukan gerakan melangkah dari posisi kerjanya untuk mengambil komponen tersebut.

6.      Waste of Waiting (Menunggu)

Saat Seseorang atau Mesin tidak melakukan pekerjaan, status tersebut disebut menunggu. Menunggu bisa dikarenakan proses yang tidak seimbang sehingga ada pekerja maupun mesin yang harus mengunggu untuk melakukan pekerjaannya , Adanya kerusakkan Mesin, supply komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja ataupun menunggu keputusan atau informasi tertentu.

7.      Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)

Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang diproduksi maupun customer. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini merupakan pemborosan atau proses yang berlebihan. Contohnya : proses inspeksi yang berulang kali, proses persetujuan yang harus melewati banyak orang, proses pembersihan. Semua Customer menginginkan produk yang berkualitas, tetapi yang terpenting adalah bukan proses Inspeksi berulang kali yang diperlukan tetapi bagaimana menjamin Kualitas Produk pada saat pembuatannya. Yang harus kita lakukan adalah Carikan Root Cause (akar penyebab) dari suatu permasalahan dan ambilkan tindakan (countermeasure) yang sesuai dengan akar penyebab tersebut.

Tujuh Pemborosan atau seven Waste ini disingkat dalam bahasa Inggris menjadi “TIMWOOD” menjadi :
  • T ransportation              →Transportasi
  • I nventory                      →Inventori
  • M otion                         →Gerakan
  • W aiting                         →Menunggu
  • O verprocessing            →Proses yang berlebihan
  • O verproduction           →Produksi yang berlebiha
  • D efect                         →Kerusakan